Prolog

10:07:00 pm

Manusia bukanlah apa-apa selain sebuah bentuk keserakahan.

Mereka saling menjatuhkan. Berlomba-lomba merasa saling tersakiti. Tanpa henti saling melukai. Menumpuk luka dengan luka. Merajut kebencian dengan kebencian. Hingga perasaan itu menumpuk, menggunung menjadi sesuatu yang lebih dalam.

Bibit-bibit dendam, terbentuk sudah.

Dia tersadar bahwa rasa sakit yang tersisa bukanlah hal yang dapat disembuhkan waktu. Karena meskipun tahun-tahun itu telah berlalu, luka yang dia rasakan masihlah sama. Hingga ketika matanya menemukan objek tersebut, pikirannya telah melaju terlalu jauh; memikirkan hal yang sesungguhnya tak patut dia coba lakukan.

Jika boleh jujur, dia bukanlah pecinta malam, bukan pula tergolong kaum yang membencinya. Dia hanya sedikit tidak suka dengan suasananya yang sunyi. Mencekam. Terasa menggerogoti jiwanya secara perlahan.

Namun, pertama kali dalam hidupnya, gadis itu bersyukur terhadap malam.

Karena telah bersedia menjadi sebuah perantara. Sebagai sebuah pertanda sesuatu dalam hidupnya akan kembali dimulai.

Dia bersedia memulainya. Kisah yang tercipta dari  keserakahan seorang manusia, dimana dendam menjadi alasan utamanya.

Kisah itu, seharusnya tidak pernah tertulis. Namun dia dengan senang hati mengukirnya sendiri.

***


Listening to blue by taeyeon, on my way home.
-Dandelion.

You Might Also Like

0 comments